Hutang Luar Negeri Harus Sesuai Kebutuhan

Jakarta ( Berita ) : Pembayaran hutang luar negeri bukan berdasarkan tawaran tetapi harus merupakan kebutuhan selektif sebab hutang merupakan pinjaman dengan bunga, beresiko tinggi dan harus dibayar, kata Pengamat moneter dari UGM, Dr Sri Adiningsih.

“Karena harus dibayar maka penggunaannya bukan untuk konsumtif dan semaksimal mungkin harus untuk keperluan produktif atau untuk investasi yang menghasilkan,” katanya di Jakarta, Senin [01/06] .

Ia mengatakan, pemanfaatan hutang luar negeri itu harus memiliki ‘multiplier efek’ atau dampak ganda bagi pembangunan di Indonesia, misalnya untuk pendidikan atau bea siswa sekolah ke luar negeri.

Selain itu membangun jaringan listrik dan jembatan yang tentunya harus disesuaikan dengan kebutuhan dengan menggunakan skala prioritas. “Di daerah yang sebelumnya tidak ada jembatan, jika infrastruktur itu dibangun maka masyarakat akan lebih maju dan ekonominya akan berkembang,” katanya.

Ia menjelaskan, karena hutang Indonesia itu sangat banyak maka hutang yang diambil tentunya harus tidak membahayakan APBN dan keberlanjutan fiska (keuangan negara). Karenanya hutang luar negeri itu harus terukur ongkos dan resiko, kemampuan membayar yang harus terjangkau dengan kemampuan keuangan negara.

Artinya, lanjut dia, pembayaran hutang tersebut jangan sampai memberatkan pula generasi mendatang sehingga manfaat hutang itu harus jelas. “Kejelasan juga diperlukan terhadap bunga, jatuh tempo pembayaran hutang,” kata Kepala Pusat Studi Asia Fasifik UGM itu. ( ant )